Matematika salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh sebagian kalangan terutama pelajar, namun dalam topik kali ini penulis tidak akan membahas matematika secara detail namun akan membahas adakah hubungan matematika dengan Trading forex? jawabanya ada hal itu dapaty kita mulai bahas dari seorang tokoh matematika terkenal yaitu : Leonardo Fibonacci, sypa dan apa hubunganya dengan trading?
Leonardo Fibonacci lahir sekitar tahun 1170 dari seorang pedagan Italia kaya bernama Guglielmo fibonacci.
Sebagai seorang anak muda, Fibonacci sangat menggemari bidang matematika
dan berhitung. Dia belajar tengtang sistem angka Hindu dan Arab, dimana
dia mendapat bahwa sistem tersebut lebih sederhana bila dibandingkan
sistem Romawi, serta lebih mudah dalam penghitungan.
Dan pada usianya yg ke 32 tahun 1202 dia mulai memperkenalkan sistem
Angka(hindu-arab) ke dataran Eropa. Fibonacci juga memperkenalkan sistem
aritmatika yang masih kita gunakan sampai sekarang ini, yaitu dasar 10
digit, kosong, koma, decimal dan pecahan. Dan masih banyak lagi
model-model hitungan dan persamaan matematika yang ditemukan oleh
fibonacci. Diantaranya yg kemudian paling dikenal adalah apa yang
disebut dengan deret atau urutan fibonacci.
Deret fibonacci muncul dengan rangkaian: 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144 ...
Dari deret itulah lahir sebuah bilangan yang dikenal sebagai Golden ratio
( rasio emas ). Ia menemukan bahwa banyaknya bentuk indah di alam yang
memiliki angka-angka rasio tertentu. Angka rasio yang paling sering
muncul adalah 1:1.618. Coba Anda berdiri dan ukur jarak dari ujung
kepala ke pusar Anda, lalu kita ukur jarak dari pusar Anda ke lantai.
Jika bentuk tubuh anda cukup proporsional, perbandingan keduanya adalah
1:1.618, kurang lebih.
OK, pembahasan tentang Tuan Fibonacci dan matematika cukup sampai
disini. Bisa-bisa nanti pembicaraan kita terlalu jauh hingga ke rasio
ruas cangkang nautilus.
Berkaitan dengan rasio itu, para teknikalis lalu berpikir: kalau
angka-angka rasio itu berlaku di alam, mestinya berlaku juga untuk
pergerakan harga pasar. Lalu muncullah sebuah indikator yang disebut
dengan Fibonacci Retracement.
Sederhananya, Fibonacci retracement bisa digunakan untuk menentukan support maupun resistance dari pergerakan harga. Coba perhatikan gambar grafik berikut ini:
Jika kita perhatikan, meskipun pergerakan harga berada dalam uptrend,
namun ia tak pernah bergerak dalam satu garis yang benar-benar lurus.
Selalu ada “pembalikan-pembalikan” kecil yang sering kita istilahkan
dengan “koreksi” atau “swing”.
Nah, Fibonacci retracement bisa berguna untuk mengukur sampai sejauh
mana koreksi itu kira-kira akan terjadi. Dalam trading, level Fibonacci
retracement yang menjadi level kunci adalah 38.2%, 50%, 61.8%.
Terkadang, level 76.4% juga dijadikan referensi.
Untuk menentukan level Fibonacci retracement ini kita harus menarik
garis dari titik “swing high” ke “swing low” atau sebaliknya. Untuk
menjelaskan masalah “swing” ini lebih mudah dengan menggunakan gambar berikut ini:
Pada pergerakan naik, harga biasanya bergerak dari titik A (=swing low)
menuju titik B (=swing high). Fibonacci retracement kita tarik dari
titik A ke titik B. Turunnya harga (koreksi) paling dekat diperkirakan
hingga ke level 38.2%, target berikutnya adalah level 50%, dan level
kuncinya adalah di 61.8%. Dengan kata lain, koreksi terjauh kita
harapkan adalah di level 61.8% (titik C pada gambar).
Karena koreksi terjauh kita harapkan hanya hingga level 61.8% (dan
memang ini yang sering terjadi), maka kita bisa bersiap melakukan aksi
di level tersebut. Artinya, kita bisa bersiap-siap melakukan BUY apabila
harga telah mencapai level 61.8% (titik C) setelah turun dari titik B.
Targetnya adalah titik D (0.0%) dan batasan resikonya adalah di level
100%.
Sedangkan pada pergerakan turun, Fibonacci retracement kita tarik dari
swing high ke swing low. Level-level retracement-nya sama dengan gambar
sebelumnya, hanya saja posisinya terbalik. Agar lebih jelas, bisa kita
lihat pada gambar berikut:
Dalam keadaan ini, kita bisa melakukan SELL di titik C. targetnya adalah
titik D, sementara batasan resikonya di Fibonacci level 100%.
Berikut ini adalah contoh penerapannya pada grafik:
Meskipun demikian, tidak berarti kita hanya boleh melakukan sell atau
buy di level 61.8% saja. Terkadang, di level 76.4% pun kita masih bisa
melakukan buy atau sell.
Yang harus kita perhatikan adalah jangan sampai level 76.4% tembus.
Level ini sering disebut sebagai level “kritis”. Jika level ini tembus,
maka kecenderungannya akan terjadi reversal (pembalikan arah), bukan
lagi koreksi. Pada gambar di atas, meskipun upper shadow dari
candlestick sudah menembus level 76.4%, namun ternyata harga
penutupannya masih di bawah level 76.4%, sehingga level ini belum bisa
dianggap tembus .
Itulah sekilas tentang Indikator Fibonacci semoga bermanfaat bagi kita semua.
1 Komentar:
Thanks Bos dah Mau berbagi.
Post a Comment